PENELITIAN sudah membuktikan, penderita obesitas (kegemukan) berisiko menderita penyakit diabetes, hipertensi, stroke, dan serangan jantung, meningkat 3 - 4 kali dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas.
Selain itu, dia juga terkena risiko penyempitan pembuluh darah, osteoastritis (sakit lutut karena benturan sendi yang menahan beban berat tubuh).
‘’Belum tentu sekarang menderita, lalu saat ini juga meninggal cepat. Ada yang gemuk, tetap saja ‘aman’. Tapi sebagian besar yang gemuk akan meninggal dalam usia muda,’’ ujar dr Samuel Oetoro M.S. SpGK seperti dilansir Tabloid Nova.
Benarkah penderita obesitas hidupnya sehat-sehat saja?
Seharusnya, imbuh Samuel, sekarang sudah didengungkan ke masyarakat, obesitas adalah penyakit, bukan keadaan. Sayangnya, selama ini orang yang kegemukan punya cara berpikir yang salah dan meremehkan penyakit ini, karena masih merasa aman-aman saja, dan beranggapan, yang penting tidak sakit.
Artinya, orang bisa jadi obesitas karena makanan yang ia konsumsi lebih banyak dibandingkan aktivitas yang dia lakukan. Sehingga, kalori yang masuk lebih besar dibandingkan kalori yang terbakar saat beraktivitas.
Faktor pendukung timbulnya obesitas bisa berasal dari hormon, psikologis dan genetik, meski faktor genetik tidak akan jadi penyebab kegemukan bila pola hidup diatur dengan baik.
Untuk mengukur apakah kalori yang disantap dalam satu hari terlalu banyak atau tidak, hitung saja berapa gram lemak, karbohidrat, dan protein yang dikonsumsi hari itu. Masing-masing dikalikan dengan kalori yang dikandungnya.
Besarnya kalori yang dibutuhkan tergantung dari jenis kelamin, usia, dan aktivitasnya. Perempuan aktif membutuhkan 1500 - 1800 kalori per hari dan pria aktif membutuhkan 2000 - 2500 kalori per hari.
‘’Angka pastinya belum jelas, tapi coba lihat di mal, banyak anak dan orang dewasa yang kegemukan,’’ tuturnya.
Menurut Samuel, jumlah penderita obesitas terus bertambah disebabkan oleh pola hidup dan keinginan untuk selalu serba enak. Misalnya, mengonsumsi junkfood karena lebih praktis dan cepat, malas bergerak, lebih suka naik mobil, atau menyuruh sekretaris dan office boy di kantor untuk melakukan sesuatu.
Sayangnya, banyak orangtua yang beranggapan, anak gemuk berarti lucu, menggemaskan, dan sehat. Sehingga mereka berpikir, yang penting anaknya gemuk dan banyak makan. Padahal, anak yang sehat adalah anak yang berat badannya ideal.
Jika anak mengalami kegemukan, penyakit penyempitan pembuluh darah jantung akan mulai terjadi sejak dia kanak-kanak. Kendati demikian, berat badan anak yang normal sangat tergantung dari usia dan tinggi badannya. Pada balita usia 2 tahun, Samuel mencontohkan, berat badan normalnya 15 kg.
Pemberian susu formula yang terus-menerus pada balita pun, bisa menyebabkan obesitas.
Pola makan dan gizi anak juga harus diperhatikan. Sayangnya, karena malas memasak dan ingin praktisnya saja, banyak orangtua memberikan makanan junkfood pada anaknya.
Sebetulnya, lanjut Samuel, mengonsumsi makanan manis seperti itu tidak dilarang, asal tak berlebihan dan terus-menerus. Di samping itu, anak-anak sekarang lebih banyak bermain playstation atau game di komputer, sehingga kurang bergerak.
Kebanyakan, yang dilakukan dan dikonsumsi anak tergantung dari yang diberikan orangtuanya. Seharusnya, sejak masih kecil anak sudah dibiasakan mengonsumsi makanan sehat, antara lain buah dan sayur.
Dalam hal ini, orangtua dituntut pandai berkreativitas. Jika ini dilakukan, obesitas pada anak bisa dicegah dan ditanggulangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar