Sejak kecil sampai kuliah, saya menjalani rutinitas kehidupan secara normal. Biasa-biasa aja. Body juga lumayan bagus walaupun tidak pernah olahraga. Bukannya Ge-eR kalau saya memuji diri sendiri. Itu didasarkan dari ketertarikan seseorang pada saya. Tapi, celakanya, yang naksir saya kebanyakan cowok hombreng. Apalagi kalau saya mengenakan blue jeans dan kaos ketat.
Setelah bekerja, saya merasakan enaknya bisa cari duit sendiri. Berburu Coto Makassar pun jadi hobi baru saya. Hampir semua warung coto di Makassar yang ramai didatangi orang atau jadi bahan pembicaraan orang, saya datangi.
Dari semua warung itu, untuk ukuran lidah saya, yang paling uenak tenan berlokasi di sekitar RS Pelamonia. Hampir setiap pagi saya rela antri di warung tersebut. Kalau dompet masih tebal, nggak puas rasanya kalau tidak menyantap 2 mangkuk coto + 4 ketupat.
Setelah bisa cari uang sendiri, saya juga mulai berani masuk ke tempat-tempat hiburan malam, utamanya kios-kios karaoke di sepanjang Jalan Nusantara. Berawal dari tempat ini, saya pun mulai akrab dengan minuman keras, dari yang ringan sampai yang tinggi kadar alkoholnya, dari yang tradisional sampai yang impor.
Khusus minuman keras tradisional – di Makassar dikenal dengan istilah ballo -, tempat mabuk saya di kompleks Benteng Somba Opu. Terkadang juga mencari suasana baru, langsung ke daerah penghasil ballo, yakni di batu-batu, Galesong, Kabupaten Takalar.
Mengonsumsi makanan berlemak dan minuman beralkohol, hampir setiap hari saya jalani. Buntutnya, perut saya yang tadinya rata, lambat laun tanpa saya sadari mulai membengkak. Akhirnya, celana blue jeans saya ukuran 28-29 tidak muat lagi karena tergusur oleh timbunan lemak. Terakhir, saya mengenakan celana ukuran 38.
Selama menjadi orang gemuk, perasaan saya sangat sensitif. Semua orang sepertinya memperhatikan saya, ngomongin saya. Paling terasa kalau lagi numpang teman, dan di perjalanan tiba-tiba ban motor pecah atau kempes. Mana tukang tambal bannya jauh lagi ….
Seingat saya, kejadian ban motor kempes tiga kali saya alami. Pertama, terjadi tengah malam, saat pulang kerja. Untungnya, sudah dekat rumah. Kedua, terjadi sore hari,saat jalan-jalan. Untungnya lagi, dekat tukang tambal ban.
Terakhir, terjadi di luar kota, dalam perjalanan ke obyek wisata Bili-Bili. Siang bolong lagi. Perjalanan yang betul-betul melelahkan …. karena tukang tambal bannya jauh sekali, dan harus berjalan di bawah terik matahari yang sangat menyengat.
Dua dari tiga kejadian itu, yakni saat jalan-jalan dan ketika hendak ke Bili-Bili, saya alami bersama Rudi. Saya kenal dia di tempat minum ballo, orang Makassar menyebutnya lontang.
Rudi sangat dihormati teman-temannya di lontang. Mereka biasa memanggilnya Daeng Rumpa. Dia selalu menghidupkan suasana di lontang dengan cerita-cerita lucunya.
Belakangan saya tahu, Rudi rupanya mantan pembalap motocross. Dia juga pernah malang melintang di dunia hitam, baik di Makassar maupun di Jakarta. Hasil kejahatannya, sebagian besar untuk mentraktir teman-temannya minum di kios karaoke. Makanya, tak mengherankan kalau dia sangat dihormati teman-temannya.
Belakangan saya juga tahu, Rudi bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk gaib …..
Sejak kenal Rudi, kami sulit dipisahkan. Kemana-mana, kami selalu bersama. Sampai sekarang, hubungan kami masih terjalin baik. Saya pribadi merasa sehati dengan dia. Banyak kesamaannya.
Sepanjang yang saya tahu, dan dari cerita teman-temannya, Rudi termasuk kuat minum dan tak pernah mabuk. Anehnya lagi, badannya dari dulu sampai sekarang tidak berubah, tetap langsing. Tidak seperti teman-teman peminum lainnya, yang rata-rata perutnya jadi buncit akibat minuman.
Keanehan yang lainnya, Rudi sejak kecil tidak makan sayur. Kalau tetap dipaksakan, pasti keluar lagi. Muntah.
Dari Rudi-lah, saya akhirnya mendapatkan rahasia menjaga tubuh agar tetap langsing. Rupanya, dia rajin melakukan terapi air putih. Dan, berkat bantuan dan petunjuknya, saya akhirnya berhasil terbebas dari masalah kegemukan. Rasanya lega sekali. Plooooong ….
Padahal, sebelumnya, saya sudah berusaha setengah mati menurunkan berat badan, namun tidak berhasil. Saya pernah rajin olahraga lari, pagi atau sore hari. Saya juga pernah mengonsumsi berbagai obat pelangsing, mulai dari jamu tradisional, obat China, sampai produk yang dipasarkan secara berjenjang, MLM. Tapi hasilnya NOL.
Saya tidak tahu, berapa banyak uang yang saya habiskan untuk belanja obat-obat pelangsing itu. Yang jelas cukup besar. Belum lagi harus menanggung beban psikologis, rasa malu, saat belanja obat-obat pelangsing tersebut, karena baik penjaga toko maupun pembeli lainnya langsung memelototi tubuh saya.
Pada masa penderitaan itu, saya selalu dihantui perasaan was-was, apalagi kalau di jalan berpapasan dengan orang-orang yang tubuhnya lebih gemuk. Saya merasa ngeri membayangkan tubuh saya menggelembung seperti mereka.
Tapi, syukurlah, akhirnya saya mendapatkan solusinya. Sekarang, dengan kondisi saya yang sudah langsing, Rudi tidak pernah mengeluh lagi kalau membonceng saya. Tidak ada lagi keluhan, ‘’Wah, berat sekali tarikan motor’’. Meskipun diucapkan secara main-main, namun sangat terasa menghunjam lubuk hati.
Selamat tinggal, kegemukan …..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar