05 Oktober 2008

Awas! Kegemukan Lebih Bahaya dari Terorisme

SERANGAN teroris yang berhasil menghancur-leburkan World Trade Centre (WTC) sehingga menara kembar di Amerika Serikat itu rata dengan tanah, rupanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan oleh masalah kegemukan.

Saya tidak mengada-ada. Gambaran tentang bahaya kegemukan itu mengemuka dalam Konferensi Internasional Oxford Health Alliance Summit di Sydney, Australia, Senin, 25 Februari 2008 lalu.

Konferensi yang digelar kelima kalinya ini dipelopori oleh Universitas Oxford dan mengundang sejumlah ahli dunia dari berbagai bidang, seperti akademisi, ahli bisnis, ahli hukum dan ahli ekonomi perkotaan ini menyimpulkan bahwa negara-negara di dunia lebih memfokuskan diri dalam memerangi terorisme dibandingkan dalam memerangi kegemukan. Padahal, banyak orang meninggal dunia akibat kegemukan.

Menurut seorang Profesor Hukum asal Amerika Serikat, Lawrence Gostin, ancaman terorisme mempunyai sedikit risiko dibandingkan kegemukan yang mempunyai risiko lebih besar karena rokok, kurangnya olahraga, dan program diet yang tidak konsisten.

‘’Sejak kejadian 11 September, semua orang merasa takut akan kejadian tersebut. Akan tetapi sebuah epidemi yang tidak diketahui orang telah meneyebabkan jutaan orang meninggal dan tidak banyak uang dihabiskan untuk mengatasi masalah kegemukan,’’ ujar Lawrence Gostin seperti dilansir AFP.

Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa masalah kegemukan sudah menjadi masalah nasional di negara-negara maju. Gak percaya? Jerman adalah salah satu buktinya. Pemerintah Jerman kini gencar melansir motto Fit statt Fett. Terjemahan bebasnya, sehat bukannya kelebihan lemak.

Program tersebut dicanangkan setelah dipublikasikannya hasil penelitian yang menyebutkan, Jerman merupakan negara dengan kasus kegemukan warga tertinggi di Eropa.

Sayangnya, tidak demikian halnya dengan Indonesia. Baik pemerintah maupun warganya – tentunya yang mengalami masalah kegemukan -, sepertinya tenang-tenang saja, belum menganggap kegemukan sebagai masalah serius. Benarkah? Ah, jangan-jangan ini hanya perasaan saya saja.

Tidak ada komentar: