11 Oktober 2008

Bahaya Kegemukan Bagi Wanita Hamil


PARA wanita yang berencana hamil sebaiknya mengatur berat badannya supaya tidak berlebihan. Akan lebih bagus lagi jika berat badannya mencapai berat badan ideal. Sebab, kegemukan bukan hanya membahayakan si ibu, tetapi juga mengancam janin yang dikandungnya.

‘’Salah satu dampaknya, si ibu berisiko mengalami hipertensi kronis. Soalnya, kegemukan membuat beban jantung jadi terlalu berat. Selain itu, tekanan pada pembuluh darah yang meninggi akibat tebalnya lemak,’’ ungkap dr Okky Sofyan, Sp.OG seperti dilansir Tabloid Nakita.

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih. Sementara tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih.

Gejala-gejala yang kerap muncul antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, mimisan, dan sebagainya. Akan tetapi tidak sedikit penderita yang tidak mengalami gejala apa-apa. Sebab itu, satu-satunya jalan untuk mendeteksinya adalah melalui pemeriksaan tekanan darah. 

Tak hanya itu. Kemungkinan bagi si ibu untuk mengidap diabetes pun jadi tinggi. Timbunan lemak di tubuh yang merupakan sumber kalorilah yang menjadi biang keladi. Penyebabnya, hormon kehamilan (Beta HCG/Human Chorion Gonadotrophine) akan mengubah sebagian besar lemak dalam tubuh menjadi glukosa. 

‘’Jadi, bisa dibayangkan jumlah gula yang menumpuk akibat banyaknya lemak. Ibu bisa mengalami diabetes saat hamil yang disebut gestational diabetes. Memang sih diabetes jenis ini umumnya akan menghilang seusai persalinan, dan hanya sedikit saja yang menetap. Tapi dampak negatif diabetes pada janin tetap perlu menjadi perhatian,’’ jelas Okky.

Gangguan kencing manis ini, beber Okky, bisa mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomi) dengan berat lahir mencapai 4.000-5.000 gram atau lebih. Bisa juga sebaliknya, si bayi lahir dengan berat lahir rendah, yakni di bawah 2.000-2.500 gram.

Itu karena pembuluh darah yang menyempit akibat timbunan lemak membuat pasokan nutrisi ke janin jadi berkurang hingga bayi tidak bisa berkembang optimal. 

Risiko lainnya, janin mengalami hipoksia karena plasenta sebagai penyuplai oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen ini akan merusak sel-sel otak si janin.

Semakin lama rentang waktu penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar dipulihkan. Akibatnya, kecerdasan si kecil akan berkurang.

Dampak yang lebih parah, bukan tidak mungkin si janin meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan. Kemungkinan lain, paru-parunya mengalami gangguan berat akibat kadar gula ibu yang sangat tinggi.

‘’Beberapa detik setelah dilahirkan, bayi dengan gangguan semacam ini biasanya meninggal dunia,’’ tandasnya.

Seusai bersalin, terang Okky, ragam komplikasi pun masih menunggu. Proses sesar pada ibu dengan OW (over weight-kelebihan berat badan) maupun obesitas (kegemukan) dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Hal ini karena proses pembekuan darah pada ibu hamil jadi kurang berfungsi optimal.

Bekuan darah yang berguna untuk mengurangi bahkan menghentikan perdarahan terganggu akibat kondisi pembuluh darah yang tidak ideal, baik karena penumpukan lemak maupun timbunan kolesterol. 

Berdasarkan pengalaman Okky, ibu hamil dengan OW maupun obesitas juga kerap mengalami infeksi seusai bersalin. Penyebabnya tak lain adalah banyaknya pembuluh darah si ibu hamil tadi yang tersumbat.

Dengan kondisi demikian, proses penyembuhan luka pun jadi terganggu dan makan waktu lebih lama. Pasalnya, pembuluh darah merupakan komponen penting untuk menyatukan jaringan luka agar utuh kembali. Sementara, timbunan lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman. Tak heran kalau infeksi pun tinggal menunggu waktu.

‘’Itulah sebabnya, para wanita yang berencana hamil sebaiknya mengatur berat badannya supaya tidak berlebihan. Akan lebih bagus lagi jika berat badannya mencapai berat badan ideal. Kalaupun sebelumnya sudah memiliki berat badan ideal, hendaknya harus diupayakan untuk mempertahankan berat badan ideal tersebut,’’ saran Okky.

‘’Ingat, di trimester pertama peningkatan berat badan memang relatif sedikit, tak kunjung naik atau bahkan berkurang karena gangguan mual-muntah. Akan tetapi kondisi di trimester 2 dan 3 jadi sedemikian berbeda karena sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan berat badan cukup pesat,’’ tegasnya.


Tidak ada komentar: