07 Desember 2008

Hati-Hati Membasmi Si Gemuk!

MEMILIKI ukuran badan besar atau bobot berlimpah dulu dipandang sebagai lambang kemakmuran. Namun, jaman sudah berubah. Kini, banyak orang makin sadar jika gemuk adalah gudangnya penyakit. Jadi, tak heran jika banyak orang mulai berlomba-lomba mengurangi bobot tubuhnya, meskipun banyak yang melakukannya dengan cara keliru, bahkan ingin langsing dengan cara instant asal tubuh langsing. Sayang bukannya langsing yang didapat, tapi ujung-ujungnya malah ke rumah sakit.

Obesitas sendiri menjadi hal yang kerap dibicarakan banyak kalangan. Mungkin untuk beberapa orang, 'gangguan' ini memang mudah untuk diatasi. Tinggal mengerem asupan makan, tubuhpun jadi langsing. Namun, tak semua orang bisa mengalami 'anugerah' tersebut. Pasalnya, 'riwayat' kegemukan sendiri menjadi salah satu hal yang ikut memperlancar suksesnya penurunan bobot tubuh seseorang.

Selain tak enak dipandang, gemuk sendiri juga menyimpan banyak sisi negatif bagi tubuh : tubuh jadi cepat lelah, debar jantung lebih kencang, pernapasan terganggu. Bahkan yang paling serem lagi, kelewat gemuk bikin tubuh rawan dihinggapi penyakit kelas berat, seperti diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung.

Sampai taraf mana sih seseorang menderita obesitas? Obesitas dihitung dari penumpukan lemak pada jaringan tubuh yang melebihi 30 persen (wanita) dan di atas 25 persen (pria). Dalam hal ini, normalnya, komposisi lemak tubuh pria 12 - 28 % dari total berat badan. Sementara wanita 18 - 24%.

Memerangi Si 'Gemuk'

Mengusir si gemuk bisa dibilang gampang-gampang susah. Pasalnya, kadang si gemuk sendiri juga datang dan pergi sesuka hatinya. Selain juga ditunjang perilaku pemilik si gemuk itu sendiri.

Saat ini beragam cara membasmi si gemuk banyak kita jumpai, mulai cara konvensional seperti berolahraga, mengatur pola makan, hidup teratur, atau menggunakan alat bantu misalnya obat pelangsing, konsumsi obat modern berbahan kimia, akupuntur, sedot lemak, dan berbagai cara lain yang bisa dibilang tak aman jika kita melakukannya sembarangan dan tanpa prosedur yang pasti. Bahkan bukan tak mungkin ada efek samping di kemudian hari.

Keluarga obat konvensional yang paling sering dijumpai di pasaran adalah orlistat, yang bekerja menahan penyerapan lemak dan menghambat pemecahan molekul lemak dalam usus besar.

Efek sampingan biasanya timbul berupa buang air kecil tidak terkontrol dan munculnya rasa tidak nyaman pada perut. Bahayanya, jika obat jenis ini digunakan terus-menerus, tubuh bisa dengan mudah kehilangan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak.

Jenis obat kurus lainnya berasal dari keluarga amfetamin, yang cara kerjanya lebih menekan nafsu makan. Seperti halnya orlistat, amfetamin juga membawa efek negatif seperti insomnia, gelisah, tremor (gemetar), sakit kepala, hipertensi, hingga jantung berdebar.

Sementara itu pengusir gemuk dari golongan furosemid lebih bersifat diuretika atau memaksa tubuh mengeluarkan banyak cairan yang memicu mengecilnya sel-sel tubuh. Jika tubuh dipaksa melakukan hal ini, bukan tak mungkin ginjal bakal mengalami kerusakan dan dehidrasi serta penggumpalan pada lambung.

Obat pencahar (laksansia) juga dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk menurunkan berat badan. Laksansia memaksa kotoran dari usus keluar dengan paksa, terutama jika ada gangguan pada saluran pembuangan.

Penggunaan laksansia dalam waktu panjang dan terus menerus berpotensi menyebabkan gangguan pada usus serta gangguan elektrolit, terutama kehilangan kalium yang dapat menyebabkan obstipasi (gangguan pembuangan yang parah).

Tak hanya berhenti dari rumpun obat-obatan yang 'menyiksa' tubuh untuk membuat tubuh langsing, beberapa tahun terakhir, pasar juga dibanjiri produk suplemen makanan dan minuman berserat.

Suplemen jenis ini akan menggumpal dalam lambung, sehingga mengurangi nafsu makan. Perut pun rasanya kenyang terus, meski tak banyak makanan yang masuk, begitu juga obat yang lainnya. Mengkonsumsi suplemen ini dalam jangka panjang juga membahayakan, karena berpotensi penyumbatan usus besar.

Beralih menyiksa anggota tubuh bagian dalam, cara lain yang mulai trend digunakan adalah akupuntur. Tusuk jarum ini dapat mengurangi lapar dan nafsu makan, sehingga ujung-ujungnya mengurangi kalori yang masuk ke dalam tubuh.

Akupuntur pada lokasi yang tepat di telinga dapat menghambat pusat makan di hypothalamus dan menghambat peristalsis otot pada usus. Pergerakan lambung pun berkurang, sehingga nafsu makan turun. Efek sampingannya, antara lain sakit kepala, nyeri di telinga, mual dan muntah, akan hilang bila jarum dicabut.

Memang tubuh langsing dan sehat selalu jadi idaman semua orang, namun bukan berarti kita sembarangan 'menyiksa' tubuh kita khan? So, mulai hati-hati jika ingin langsing, akan lebih baik mulai membiasakan diri hidup sehat dan berolahraga secara teratur. Tubuh langsing, badanpun sehat. (sumber : www.kapanlagi.com)

Tidak ada komentar: