07 Desember 2008

Gemuk Tak Lagi Sehat

PUNYA anak yang gemuk sering dianggap sebagai anugerah bagi sebagian besar ibu. Itu dulu. Seiring kian banyaknya kasus penyakit jantung pada balita, bahkan batita, kegemukan kini malah harus dihindari.


Para ibu biasanya girang melihat anak yang badannya gembul, dagu berlipat, dan pipi montok. Anak-anak dengan profil seperti itu memang lucu dan menggemaskan.

‘’“Ih lucunya!’’ begitu komentar para ibu jika bertemu dengan anak yang gemuk. Itu pun seringkali diikuti dengan tindakan mencubit pipi si anak. Gemas.

Ya, sejak dulu gemuk diidentikkan dengan gizi yang cukup dan hidup yang makmur. Mungkin inilah yang menyebabkan para ibu pun berlomba-lomba menggemukkan badan anaknya. Ibu yang anaknya gemuk akan bangga, sedangkan ibu yang anaknya kurus akan risau meskipun anaknya terlihat sehat dan aktif.

‘’Padahal gemuk itu tidak identik dengan daya tahan,’’ kata dr Kurniadi Pramasurya SpA, dokter spesialis anak dari RS Santa Maria Pekanbaru.

Kapan kita harus mulai mewaspadai kegemukan pada anak? Dr Kurniadi mengungkapkan, sebaiknya pencegahan mulai dilakukan pada anak di atas 2 tahun.

‘’Kalau di atas dua tahun anak masih gemuk dan terus dibiarkan bertambah gemuk, kemungkinan besar anak pun akan menjadi gemuk di usia dewasa. Dan ini menjadikan si anak berisiko tinggi terhadap penyakit-penyakit tertentu,’’ kata dokter spesialis lulusan University of Santo Tomas Hospital, Manila Filipina ini.

Fenomena Baru

Kegemukan pada anak memang sudah menjadi fenomena baru belakangan ini. Bukan cuma masalah gemuknya, namun penyakit-penyakit penyerta, seperti jantung, diabetes, gangguan fungsi hati, sampai sleep apnea (nafas tiba-tiba berhenti) kini sudah mulai marak ditemui pada anak-anak.

Ada anggapan yang meyakini, kalau orang tua gemuk, anaknya pun akan gemuk. Juga sebaliknya. Benarkah begitu?

‘’Yang betul, kalau orang tua gemuk, artinya orang tuanya hobi makan. Dan anaknya pun diajak makan terus. Makanya anaknya jadi gemuk juga,’’ katanya sambil tertawa.

Kurniadi menganjurkan para orang tua untuk tidak terobsesi punya anak gemuk. Anak yang berat badannya proporsional, sehat dan aktif, justru jauh lebih baik daripada anak yang gemuk tapi mudah lelah dan malas bergerak.

‘’Yang harus diingat, pemberian makannya jangan berlebihan. Terutama susu,’’ katanya.

Pemberian susu yang berlebihan, tambah Kurniadi, sering menjadi biang keladi kegemukan pada anak. Karena orang tua sering latah memberikan susu sampai berliter-liter sehari, padahal si anak bukan bayi lagi.

‘’Kalau sudah satu tahun ke atas, susu itu hanya pelengkap,’’ katanya.

Kurniadi sendiri mengaku sering mendapati banyak ibu yang tenang-tenang saja meskipun anaknya tidak mau makan, asalkan tetap minum susu.

‘’Tidak boleh begitu. Kasihan anaknya,’’ katanya prihatin.

Faktor lainnya adalah kurangnya aktifitas anak. Zaman sekarang, anak-anak banyak yang malas bergerak. Mereka lebih suka duduk menonton televisi atau main playstation sambil ngemil daripada main bola di lapangan.

‘’Gaya hidup seperti ini yang membuat banyak anak-anak menjadi gemuk. Dan semakin gemuk si anak akan semakin malas bergerak. Sehingga dia akan terus gemuk. Ini seperti lingkaran setan,’’ katanya.

Jika hal ini dibiarkan, kata Kurniadi, bermacam masalah dan penyakit menunggu si anak di kemudian hari. Karena itulah, orang tua terutama para ibu, harus pintar-pintar dan realistis dalam mengasuh anak. Jangan cuma karena ingin dipuji karena punya anak gemuk, kesehatan sang buah hati dikorbankan. Rugi kan? (sumber : riau pos)

Tidak ada komentar: