28 November 2008

Ramuan Langsing (2)

Untuk mendapatkan tubuh langsing, Anda juga bisa mencoba ramuan tradisional ini :

Ambil jeruk nipis, belah jadi 4 agar mudah memeras airnya. Campurkan air perasan tadi dengan secangkir teh pahit yang cukup kental. Minumlah setiap malam menjelang tidur. Bila dilakukan secara teratur, tubuh langsing indah akan menjadi milik Anda. Silakan coba ....!

Ramuan Langsing (1)

Katanya sih, tubuh gemuk tandanya makmur. Tapi kalau terlalu gemuk, bisa jadi gudangnya penyakit. Untuk mengatasinya, caranya mudah. Berikut ini ramuan tradisional untuk menurunkan berat badan :

Ambil 2 lembar daun delima muda. Cuci dan tumbuk halus, remas-remas dan tambahkan air hangat kurang lebih 3 gelas, campur sedikit garam, lalu peras dan saring. Minumlah 2-3 kali sehari sebanyak ½ gelas. Lakukan secara teratur, sampai mendapatkan hasil yang memuaskan. Selamat mencoba.

25 November 2008

Obesitas dan Faktor Penyebab

Oleh: Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.

OBESITAS atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping/langsing dan proporsional, merupakan idaman bagi mereka.

Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan di televisi, surat kabar dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur wanita yang langsing dan iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan minuman untuk merampingkan tubuh. Akibatnya jutaan rupiah uang dibelanjakan untuk diet ketat, obat-obatan, dan perawatan-perawatan guna menurunkan berat badan.

Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja pria pun takut menjadi gemuk. Bagi mereka, pria yang memiliki bobot berlebih dianggap akan mengalami permasalahan yang cukup berat untuk menarik perhatian lawan jenis.

Banyak remaja pria yang berharap dapat membuat tubuhnya ideal (menjadi sedikit berotot/kekar) dan keinginan mereka untuk itu pada sebagian remaja disalurkan melalui kegiatan olahraga, namun sayangnya bagi mereka yang kegemukan kegiatan olah raga akan terasa sebagai siksaan. Hal inilah yang seringkali dimanfaatkan oleh para penjual produk-produk obat-obatan atau makanan penurun berat badan dan alat olahraga ringan untuk memperlaris dagangannya.

Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi remaja dan juga termasuk orang dewasa. Hal ini tercermin dalam banyak dana yang dikeluarkan untuk melakukan diet, membeli obat-obatan pelangsing dan peralatan olahraga yang bertujuan untuk menurunkan berat badan.

Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang berlebih.

Dihadapkan pada obesitas, tidak jarang seorang remaja bereaksi secara berlebihan. Tidak jarang pula mereka menjadi frustrasi karena meskipun sudah melakukan diet ketat dan mengkonsumsi ramuan atau obat-obatan penurun berat badan, ternyata bobot tubuh tidak kunjung susut.

Apa sebenarnya yang terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu melihat faktor-faktor yang menjadi penyebab obesitas. Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga, emosi, dan faktor lingkungan.

Genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.

Dalam hal ini, nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

Kerusakan Pada Salah Satu Otak

Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.

Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

Pola Makan Berlebihan

Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

Kurang Gerak/Olahraga

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.

Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga, kalori terbakar. Makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.

Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut.

Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal. nggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

Pengaruh Emosional

Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya.

Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.

Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan /tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya.

Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.

Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).

Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah yang membosankan.

Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang membosankan.

Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.

Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kegemukan seperti tertulis di atas, Anda akan menemukan penyebab mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut.

Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali. Oke.... Semoga bermanfaat. (jp)

Solusi Mengatasi Overweight dan Obesitas

By Dadi Hardian, AMK, Akupunkturis


(Divisi Akupunktur Medik Klinik Dr Rocky)



ABSTRACT

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dan harus segera diatasi karena dapat menyebakan timbulnya penyakit seperti : jantung, tekanan darah tinggi, penyakit syaraf, penyakit metabolik dan gangguan pernafasan yang dapat menyebabkan kematian.

Dengan turunnya berat badan maka tekanan darah, kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida juga akan turun. Dengan demikian risiko menderita penyakit akan turun sehingga akan mempengaruhi angka kematian total.

Kelebihan berat badan (overweight) meskipun tidak menimbulkan penyakit secara langsung tetapi perlu segera diatasi kerena overweight akan berlanjut menjadi obesitas jika tidak segera diatasi.

Untuk keberhasilan penatalaksanaan penurunan berat badan dengan akupunktur yang saat ini menjadi pilihan masyrakat, perlu diketahui penyebab overweight dan obesitas dipandang dari ilmu akupunktur dan kedokteran konvesional agar penatalaksanaan dapat terarah pada terapi penyebab.

Di samping itu, pengaturan makanan, perubahan gaya hidup dan pemberian obat-obatan antara lain untuk menekan rasa lapar dan obat penghambat lemak di usus dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada pasian.

Latar Belakang Masalah Obesitas

Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas.

Dalam buku karangannya Dr. Endang Soewondopranoto dan Kukun, pernah melakukan penelitian pada tahun 1992 pada anak SD di Bandung yang berumur di atas 10 tahun dari berbagai tingkat sosial ekonomi, angka kejadian overweight dan obesitas adalah 9% pada anak laki-laki dan 15% pada wanita. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan Meilani pada tahun 2002 di 3 SD swasta angka kejadian obesitas sebesar 27,5%.

Secara teori, remaja yang mempunyai berat badan lebih akan menjadi dewasa yang gemuk. Maka pada masa berikutnya akan banyak orang dewasa Indonesia yang kegemukan dan dikhawatirkan angka kejadian penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah.

Media informasi yang semakin canggih telah meningkatkan pemahaman masyarakat akan resiko obesitas yang dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit bahkan dapat mengakibatkan kematiaan.

Selain itu, ukuran tubuh yang tidak ideal akibat overweight atau obesitas juga dapat menyebabkan rasa rendah diri karena tidak dapat tampil menarik dalam berbagai model pakaian. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang telah menyadarkan masyarakat untuk menanggulangi masalah overweight dan obesitas.

Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.

Upaya lainya yang banyak diminati masyarakat dan sedang populer saat ini karena keberhasilanya yang telah terbukti adalah dengan terapi AKUPUNKTUR sebagai solusi untuk mengatasi kelebihan berat badan dan obesitas. Di samping itu, berbagai hasil penelitian telah dikemukakan para ahli akupunktur dunia, bahwa akupunktur mempunyai efek yang baik dalam penurunan berat badan.

Agar dapat dicapai hasil terapi akupunktur yang maksimal, perlu lebih dipahami tentang kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas). Maka dalam artikel ini akan dibahas sedikit tentang teori yang mendasarinya dan penatalaksanaannya dipandang dari segi kedokteran konvensional dan dari ilmu akupunktur.

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Obesitas dan Overweight

Kelebihan berat badan (overweight) berbeda dengan kegemukan (obesitas). Overweight adalah suatu keadaan berat badan yang melebihi berat badan normal atau seharusnya. Obesitas adalah penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga berat badan jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan.

B. Tipe Obesitas

Lemak simpanan dibawah kulit terutama berada disekitar pinggul, paha, dinding perut, punggung dan pangkal lengan. Selain di bawah kulit, lemak simpanan juga berada di dalam rongga dada.

Lemak simpanan pada rongga perut dan di bawah kulit terus bertambah selama kelebihan energi berlangsung. Pertambahan lemak pada rongga perut dan di bawah kulit dapat mengubah bentuk tubuh seseorang.

Jumlah lemak yang normal pada wanita adalah sekitar 15 - 28% dari berat badanya dan untuk pria jumlah lemak yang normal adalah 10 - 18% dari berat badannya. Prosentasi lemak simpanan di bawah kulit pada wanita adalah 9% dan pada pria adalah 4,4%, prosentase lemak simpanan di rongga perut dan dada pada wanita adalah 2,3% dan 1,55 pada pria.

Cara menentukan tebal lemak tubuh bisa dengan cara mengukur tebal lipat kulit atau menentukan status gizi, namun cara ini sangat sulit bagi pemula. Ada cara yang bisa digunakan selain dari mengukur lipat kulit yaitu dengan cara Brocca, tetapi kurang akurat.

Rumus Brocca : BB = [TB(cm)-100] x 100%

Bila hasilnya :

90-110% = Berat badan normal

110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)

> 120% = Kegemukan (Obesitas)

1. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

a. Obesitas Tipe Buah Apel

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk diperut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type). Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android.

b. Obesitas Tipe Buah Pear

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir tubuh yaitu dipinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid.

2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

a. Obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal, tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masa anak-anak.

b. Obesitas Tipe Hypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik.

c. Obesitas Tipe Hyperplastik dan Hypertropik

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.

C. Penyebab Obesitas

1. Menurut Kedokteran Konvensional

a. Faktor Makanan

Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan. Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas. Maraknya iklan berbagai makanan siap saji di media cetak maupun elektronok, seperti hamburger, hot dog, pizza dan fried chicken, menyebabkan makanan siap saji sangat populer dan digemari, padahal makanan siap saji cenderung mengandung lemak tinggi sehingga banyak mengandung kalori. Selain itu makanan yang tinggi lemak rasanya sangat lezat, sehingga mengakibatkan dikonsumsi secara berlebihan.

b. Faktor Keturunan

Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Beberapa pakar berpendapat faktor keturunan hanya berpengaruh terhadap bakat seseorang untuk menjadi gemuk. Obesitas pada orang keturunan obesitas cepat manifes bila mangalami kelebihan asupan energi. Obesitas juga cepat manifes bila keturunan penderita obesitas kurang melakukan aktifitas. Jadi kelebihan asupan makanan dan kurang aktifitas yang menjadi pola kebiasaan hidup tetap merupakan faktor utama penyebab obesitas.

c. Faktor Hormon

Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.

d. Faktor Psikologis

Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food). Sebagai contohnya kadang-kadang stress yang hebat pada seseorang tanpa disadari akan menyebabkan ia meningkatkan masukan makanan.

e. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat

Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Dengan berbagai kemajuan tersebut orang banyak berada diluar rumah dan lebih sering makan diluar rumah dengan mengkonsumsi makanan siap saji yang umunya berkalori tinggi. Sedangkan untuk melakukan berbagai kegiatan, karena diperlukan waktu yang cepat, orang lebih banyak menggunakan tenaga mesin misalnya untuk naik kelantai atas lebih suka menggunakan lift atau eskalator atau tangga. Untuk pergi dengan jarak dekat orang lebih suka dengan naik mobil daripada jalan kaki dan karena aktifitas sehari-hari yang sibuk, orang tidak sempat melakukan olah raga. Pola kurang aktif ini menyebabkan kurang penggunaan energi tubuh.

f. Pemakaian Obat-Obatan

Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.

Penyebab Obesitas Dipandang dari Sudut Akupunktur

Dari segi ilmu akupunktur keadaan yang menyebabkan timbulnya obesitas adalah :

a. Defisiensi Limpa

Pada obesitas yang disebabkan defisiensi limpa akan disertai gejala kelelahan umum, mengantuk, kotoran lembek, tungkai bengkak.

b. Lembab Yang Berlebih

Obesitas yang terjadi merupakan obesitas sedang dan terdapat gejala reak yang berlebih karena lembab.

c. Ekses dan Panas Lambung

Pada keadaan ini obesitas diikuti gejala nafsu makan yang meningkat, rasa haus dan lapar.

Penatalaksanaan/Pengobatan Obesitas

A. Tatalaksana Obesitas Secara umum

Prinsip dalam upaya menurunkan kelebihan berat badan adalah menciptakan defisit energi. Kondisi ini akan memaksa tubuh untuk menggunakan lemak cadangan sebagai sumber energi. Usaha menciptakan defisit energi adalah dengan jalan mengurangi asupan energi dari makanan dan menambah penggunaan energi oleh tubuh. Untuk menciptakan defisit energi antara lain dapat dilakukan dengan :

1. Merubah Gaya Hidup

Diawali dengan merubah kebiasaan makan dan aktifitas fisik. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari misalnya gunakan tangga untuk naik turun atau naik satu lantai. Luangkan waktu untuk malakukan olah raga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi. Lakukan olah raga untuk ketahanan sistem kardiovaskuler, untuk kelenturan sendi-sendi, dan latihan yang melibatkan pengguanaan otot-otot besar pada tubuh. Untuk mencapai penurunan berat badan yang diikuti bentuk tubuh yang seimbang, ketiga jenis latihan ini harus dilakukan dengan seimbang.

2. Pengaturan Asupan Makanan

Untuk mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan berbagai diet yang sesuai untuk masing-masing orang misalnya tiger diet, starvation diet, atau diet rendah kalori seimbang (800-1700 Kalori). Tetapi perlu diingat kebutuhan akan gizi seimbang tetap perlu diperhitungkan dengan melakukan diet yang terperogram secara benar. Untuk diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, konsumsilah makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis. Sayuran dan buah-buahan umumnya memiliki kandungan energi rendah. Kandungan energi tertinggi dalam sayuran adalah daun singkong dan daun tangkil. Buah-buahan yang berkadaar air sedikit seperti pisang, nangka, durian, salak dan alpukat pada umunya berenergi tinggi. Buah-buahan yang berair banyak seperti semangka, jeruk, apel, belimbing, pepaya, anggur dan pear, umumnya berenergi rendah.

3. Konsultasi Masalah Kejiwaan

Jika obesitas disebabkan oleh adanya faktor stress yang menyebabkan meningkatnya keinginan untuk makan sebagai security food, maka diperlukan konsultasi dengan psikiater untuk mengatasi permasalahannya.

4. Pemberian Obat-obatan

Salah satu masalah yang menjadi kendala orang untuk mengurangi asupan makanan adalah sulitnya menekan nafsu makan. Untuk mengatasi malasah tersebut dapat digunakan obat yang dapat menekan nafsu makan. Obat lain yang dapat digunakan untuk mengatasi obesitas adalah obat yang menghambat penyerapan lemak diusus.

5. Pembedahan

Tindakan pembedahan merupkan pilihan terakhir untuk mengatasi obesitas. Pembedahan dilakukan untuk mengambil jaringan lemak yang berlebih. Tindakan ini merupakan tindakan bedah kosmetik, tindakan lainya adalah dengan mengangkat sebagian usus agar penyerapan makanan berkurang.

B. Tatalaksana Secara Khusus dengan Akupunktur

Terapi akupunktur yang dasar pengobatanya adalah mengembalikan keseimbangan Yin Yang sehingga tercapai harmoni dalam tubuh, merupakan suatu terapi yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi obesitas. Akupunktur juga merupakan solusi untuk menurunkan berat badan bagi orang yang karena kondisi kesehatanya tidak dapat menggunakan obat-obatan atau tidak dapat manjalani operasi. Peranan akupunktur dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neurohumoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan. Dari penelitian Liu Zhi Cheng dilaporkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan metabolisme pada obesitas, meningkatkan konsumsi energi dan meningkatkan penguraian lemak sehingga dapat mengurangi lemak tubuh.

Therapi akupunktur pada obesitas sesuai penyebab

Defisiensi limpa

Terapi : memperkuat limpa

Teknik : Manipulasi Bu (tonifikasi)

Lembab yang berlebih

Terapi : Memperkuat limpa,ren,lambung dan menghilangkan riak, melancarkan Qi

Teknik : Manipulasi Bu (tonifikasi)

Ekses dan Panas lambung

Terapi : Melemahkan dan menghilangkan panas dengan menusuk titik meridian ren, usus besar dan lambung.

Teknik : Manipulasi Xi (sedasi)

Untuk membentuk tubuh dapat dipilih titik-titik dibagian tubuh atau titik-titik yang dapat mempengaruhi bagian tubuh yang akan dirampingkan,misalnya untuk

Mengecilkan pinggul digunakan titik : Limpa dan lambung

Untuk obesitas dibagian perut atas digunakan titik: Ren

Untuk obesitas dibagian lateral perut digunakan titik: Hati

Untuk obesitas dengan bagian bawah perut digunakan titik: Ren dan Lambung

Kesimpulan

Obesitas adalah merupakan masalah global yang perlu segera ditangani, karena dapat berakibat fatal akibat penyakit penyerta pada obesitas, seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit metabolik, gangguan fungsi syaraf dan masalah pernafasan. Untuk mengatasi masalah obesitas dapat dilakukan dengan merubah gaya hidup (life style), pengaturan asupan makanan, konsultasi psikologis, pemberian obat-obatan sampai dengan tindakan pembedahan. Akupunktur saat ini merupakan metode terapi untuk menurunkan berat badan dan obesitas yang sangat populer dikalangan masyarakat. Pilihan masyarakat untuk menggunakan akupunktur adalah karena telah terbukti keberhasilannya dan hampir tidak menimbulkan efek samping negatif. Hal lain yang menjadi kunci keberhasilan akupunktur dalam menurunkan berat badan adalah karena akupunktur dapat merampingkan dan membentuk body contour sehingga tubuh menjadi ramping secara proporsional. Karena itu saat ini akupunktur merupakan solusi untuk mengatasi kelebihan berat badan dan obesitas yang menjadi pilihan masyarakat.

Saran

Kepada mereka yang telah memiliki berat badan berlebih (overweight),tidak ada salahnya untuk memilih pengobatan dengan metode akupunktur, jangan menunggu sampai terjadinya obesitas. . (sumber : http://www.dr-rocky.com)

Seluk Beluk Obesitas

OBESITAS adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.

Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.

Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.

Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.

Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.

Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :

1. Faktor Genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

2. Faktor Lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

3. Faktor Psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan.

Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya, kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

4. Faktor Kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

1. Hipotiroidisme

2. Sindroma Cushing

3. Sindroma Prader-Willi

4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

5. Faktor Obat-obatan

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

6. Faktor Perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

7. Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)

2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

3. Stroke

4. Serangan jantung (infark miokardium)

5. Gagal jantung

6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)

7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih

8. Gout dan artritis gout

9. Osteoartritis

10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)

11. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

Diagnosa

Mengukur Lemak Tubuh

Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

  • Underwater Weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

  • BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.

  • DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

1. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).

2. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa. Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.

Tabel berat badan-tinggi badan

Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu. Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan.

Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak. Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.

Body Mass Index (BMI) :

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

Penanganan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :

1. Risiko rendah : BMI <>

2. Risiko menengah : BMI 27-30

3. Risiko tinggi : BMI 30-35

4. Risiko sangat tinggi : BMI 35-40

5. Risiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.

1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olahraga.

2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olahraga.

3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olahraga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :

1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.

2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.

3. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

4. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Catatan Khusus :

Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Ini merupakan anggapan yang keliru. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang. (sumber : http://www.dr-rocky.com)

Obesitas, Kenali dan Kendalikan

OBESITAS (kegemukan) merupakan salah satu masalah yang ditakuti remaja, khususnya remaja putri. Mereka merasa kehilangan kepercayaan diri ketika memiliki bentuk tubuh yang tidak proporsional seperti memiliki banyak lipatan pada perut, pinggang maupun lengan. Bagi sebagian besar para remaja putri, tubuh ideal adalah bentuk tubuh seperti para artis yang sering muncul di berbagai media.

Begitu pentingnya penampilan fisik menurut remaja setidaknya membuat mereka harus mengetahui gangguan penampilan fisik akibat kegemukan. Hal itu penting agar gangguan kelebihan berat badan itu tidak berlanjut terus yang bilamana tidak segera ditanggulangi bisa menggangu penampilan dan bisa menimbulkan penyakit yang lebih sulit untuk disembuhkan.

Penyebab Obesitas

Obesitas disebabkan karena konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan. Angka kejadian obesitas pada remaja dan anak yang semula 10-30 % dari penderita obesitas dewasa di negara maju diperkirakan terus bertambah. Adapun pertambahan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik.

Faktor genetik berperan penting untuk memicu timbulnya obesitas. Bila salah satu orang tua mengalami obesitas maka anaknya memiliki kecenderungan mengalami obesitas sebesar 40 %. Bila kedua orang tua mengalami obesitas maka kecenderungan anaknya untuk menjadi obesitas sebesar 80 %.

Faktor lingkungan juga tidak kalah penting dengan faktor genetik. Salah satunya adalah pola makan. Pola makan ini ditentukan oleh jenis makanan sehari-hari dan tingkat kesibukan remaja.

Konsumsi fast-food dan soft-drink yang cenderung dipilih oleh remaja yang memiliki banyak kesibukan turut menyumbang risiko peningkatan berat badan. Pergaulan remaja juga salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi. Remaja cenderung mengonsumsi fast-food dan soft-drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya. Remaja cenderung meninggalkan makan sederhana dan sehat seperti tempe, tahu dan sayuran.

Selain pola makan dan pergaulan, kurangnya aktivitas fisik juga turut menjadi penyebab timbulnya obesitas. Remaja masa kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, browsing internet dan bermain video game dimana kegiatan ini akan mengurangi pembakaran kalori dan meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh. Terlebih bila kegiatan ini dibarengi dengan acara ngemil (makan makanan kecil).

Dari ukuran, mungkin makanan kecil memang berukuran kecil seperti sanck, biskuit dan krupuk, tapi jika dimakan beberpa kantong plastik sama saja dengan makan porsi besar bila dilihat dari jumlah kalorinya. Namun demikian masih banyak yang belum sadar akan pentingnya aktivitas fisik seperti olahraga untuk menjaga kesehatan.

Gejala Obesitas

Bentuk muka remaja dengan obesitas tidak proporsional. Hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda dan timbunan lemak di daerah payudara sehingga cenderung membuat malu remaja putra. Perut menggantung, terdapat lipatan dan alat genital khususnya pada remaja putra akan terlihat lebih kecil karena timbunan lemak. Paha dan lengan terlihat besar namun jari tangan sangat runcing.

Untuk menentukan obsitas secara matematis dapat digunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumusnya sangat mudah diaplikasikan yaitu cukup membagi anatara berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam dalam meter yang telah dikuadratkan.

Bila didapatkan IMT kurang dari 18,5 berarti berat badan kamu kurang dari normal. Berat badan normal adalah antara rentang 18,5 sampai 24,9. untuk kategori overweight adalah antraa rentang 25 sampai 29,9. Namun apabila hasilnya adalah diatas 30 maka dikatakan mengalami obesitas.

Bagaimana jika kamu termasuk obesitas?

Jangan berkecil hati dan mengucilkan diri dari pergaulan itu kunci utamanya. Obesitas pada remaja adalah sebua masalah yang harus ditangani bukan disembunyikan. Kamu harus memilki kepercayaan diri untuk mampu mengatasi masalah itu. Jangan sampai kamu frustasi dan akhirnya lebih meningkatkan lagi nafsu makan. Sebab obesiats yang berlanjut sampai usia dewasa dan tua akan menimbulakan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.

Prinsipnya adalah Reduce weight and increase physical activity. Jika kedua hal ini sudah kamu pegang dan kamu memilki motivasi dan konsistensi maka berat badan ideal bukan lagi sebuah mimpi. Adapun beberapa hal yang dpat kamu lakukan untuk mengurangi berat badan adalah:

  1. Jangan mengurangi porsi makan yang terlalu drastis karena remaja juga memilki aktiviats fisik yang memerlukan banyak energi seperti belajar salah satunya.
  2. Kurangi konsumsi fast-food dan soft-drink namun perbanyak sayur dan buah.
  3. Sarapan di pagi hari sangat disarankan.
  4. lakukan aktiviats fisik 30 menit setiap hari. Bagi kamu yang sibuk 2 atau 3 kali seminggu sudah cukup namun perlu konsistensi.
  5. Hindari konsumsi obat pelangsing. (sumber : Wirahadi Sanjaya, http://remajasehat.com)

Hubungan Sarapan dan Obesitas

Oleh : Albiner Siagian

Pengajar pada Bagian Gizi FKM USU, Medan

JUMLAH penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Susenas tahun 1989, prevalensi obesitas di Indonesia adalah 1,1 persen dan 0,7 persen, masing-masing untuk kota dan desa. Angka tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 persen dan 4,3 persen pada tahun 1999.

Hasil pemantauan masalah gizi lebih pada dewasa yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1997 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa adalah 2,5 persen (pria) dan 5,9 persen (wanita). Prevalensi obesitas tertinggi terjadi pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun (9,2 persen). Saat ini diperkirakan 10 dari setiap 100 penduduk Jakarta menderita obesitas.

Bertambahnya jumlah orang gemuk juga diindikasikan dengan maraknya pusat-pusat kebugaran yang menjanjikan penurunan berat badan. Selain itu, hampir setiap hari kita melihat di layar televisi atau membaca di surat kabar tentang iklan berbagai produk penurun berat badan.

Kalau kita mencari buku di situs Amazon.com (toko buku elektronik terbesar di dunia), dengan menggunakan "weight loss" sebagai kata kunci, ada lebih dari 1.800 judul buku yang menjanjikan penurunan berat badan. Atau, kalau kita gunakan kata kunci yang sama pada salah satu search engine, kita akan menemukan lebih dari 3 juta informasi yang berkaitan dengan penurunan berat badan.

Meskipun jumlah orang yang menjalani diet atau melakukan senam kebugaran bertambah, jumlah penderita kegemukan terus meningkat. Banyak orang, walaupun sudah berusaha keras menurunkannya, tidak mendapatkan berat badan yang diharapkan. Pertanyaannya kemudian adalah, adakah cara yang nyaman untuk mencegah kegemukan dan obesitas?

Risiko Obesitas

Hasil penelitian terbaru mengungkapkan, sarapan secara teratur dapat menurunkan risiko obesitas. Para peneliti dari Divisi Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Massachusetts membuktikan bahwa pola makan ¾ frekuensi makan dan kebiasaan sarapan ¾ berkaitan erat dengan risiko menderita obesitas. Mereka juga menemukan bahwa makin sering mengonsumsi makanan, makin kecil risiko menderita obesitas.

Temuan ini agaknya bertolak belakang dengan pendapat umum yang selama ini berlaku. Bukankah makin sering mengonsumsi makanan mengakibatkan makin banyak energi atau lemak yang dimasukkan ke dalam tubuh dan karena itu makin banyak yang disimpan sebagai lemak?

Melalui publikasinya pada American Journal of Epidemiology edisi Agustus 2003, tim peneliti tersebut mengungkapkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan sampai dengan tiga kali per hari berisiko menderita obesitas 45 persen lebih tinggi daripada orang yang mengonsumsi makanan empat kali atau lebih.

Mengapa demikian? Frekuensi makan yang rendah berkaitan dengan sekresi insulin yang tinggi. Insulin dapat berperan sebagai penghambat enzim lipase ¾ enzim yang memecah lemak. Makin banyak insulin yang disekresikan, makin besar hambatan pada aktivitas enzim lipase. Akibatnya, makin banyak lemak yang ditimbun di dalam tubuh.

Temuan kedua adalah kebiasaan sarapan secara teratur menurunkan risiko menderita obesitas. Orang yang tidak pernah sarapan ¾ mengonsumsi makanan pada pagi hari ¾ berisiko menderita obesitas 4,5 kali lebih tinggi daripada orang yang sarapan secara teratur. Para peneliti juga menemukan bahwa asupan energi cenderung meningkat ketika sarapan dilewatkan.

Yunseng Ma, ketua tim peneliti tersebut, mengemukakan, orang yang tidak sarapan merasa lebih lapar pada siang dan malam hari daripada mereka yang sarapan. Mereka akan mengonsumsi lebih banyak makanan pada waktu siang dan malam hari. Asupan makanan yang banyak pada malam hari akan berakibat pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas fisik pada malam hari sangat rendah, glikogen kemudian disimpan dalam bentuk lemak.

Penelitian pada hewan juga menunjukkan, hewan yang tidak diberi makan pada pagi hari cenderung mengonsumsi makanan secara berlebihan pada siang dan malam hari.

Asupan Pangan

Publikasi terbaru pada Journal of Nutrition terbitan Januari 2004 yang berjudul The Time of Day of Food Intake Influences Overall Intake in Humans mendukung temuan Yunseng Ma dan koleganya.

Penelitian yang dilakukan oleh John M de Castro, peneliti dari Departemen Psikologi Universitas Texas, mengungkapkan, ritme Circadian mempengaruhi asupan pangan. (Ritme circadian ¾ Latin: circa diam yang berarti kira-kira sehari ¾ adalah irama biologis yang mengatur respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Tubuh kita memiliki "jam biologis" yang mengingatkan kita untuk tidur, bangun, dan makan; mengeluarkan enzim pencernaan; mengatur tingkat kewaspadaan; mengatur pola pengeluaran hormon; dan lain-lain. Apabila irama tersebut mengikuti siklus siang-malam, hal itu disebut ritme diurnal).

Melalui penelitiannya pada 375 pria dan 496 wanita, Castro menemukan bahwa proporsi asupan pangan pagi hari berkorelasi negatif dengan asupan pangan total selama satu hari. Ini berarti, sarapan pagi menurunkan asupan pangan dan energi total.

Menurut Castro, ada dua penjelasan yang memungkinkan hal tersebut terjadi. Pertama, melewati pagi hari tanpa sarapan mengakibatkan perubahan pada ritme, pola, dan siklus waktu makan. Orang cenderung lebih banyak makan pada siang dan malam hari apabila mereka tidak sarapan.

Penjelasan kedua, yang juga berkaitan dengan penjelasan pertama, adalah makanan pada pagi hari lebih mengenyangkan daripada makanan pada siang dan malam hari. Sarapan pagi berperan mengurangi rasa lapar pada siang dan malam hari. Akibatnya, kita akan lebih sedikit mengonsumsi pangan pada siang dan malam hari. (sumber : www.kompas.com)